Peradaban Dunia
Perkuliahan
keempat mata kuliah Filsafat Pendidikan Matematika yang diampu oleh Prof. Dr.
Marsigit, M.A. dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 11 November 2015 pukul 12.40
– 14.20 bertempat di Ruang PPG1 FMIPA UNY.
Perkuliahan
kali ini berbeda dari pertemuan-pertemuan sebelumnya, karena pada pertemuan
tersebut dihadiri oleh empat orang mahasiswa S3 yang melakukan observasi kelas.
Pada kesempatan itu, Bapak Marsigit memberikan penjelasan mengenai “Peradaban
Dunia”. Adapun hasil refleksi berdasarkan penjelasan Bapak Marsigit adalah
sebagai berikut.
Objek
kajian filsafat adalah semua yang ada dan mungkin ada. Manusia tidak mampu
menyebutkan sifat dari apa yang ada dan mungkin ada tersebut, karena pada hakikatnya
manusia memiliki keterbatasan. Semua sifat itu semilyar pangkat semilyar belum
selesai disebutkan. Oleh karena manusia tidak mampu menyebutkan semua sifat
itu, maka untuk bisa memahaminya manusia melakukan reduksi. Maka dapat
dikatakan bahwa sebenar-benar manusia adalah reduksionis. Dalam hal ini,
reduksi adalah memilih sifat yang memang bisa diketahui. Sifat tersebut dipilih
sesuai dengan tujuan. Adapun tujuaannya adalah untuk membangun dunia, minimal
dunia didalam pikiranku sendiri.
Sebenar-benar
hidup adalah interaksi antara yang tetap dan berubah. Tetap, misalnya lahir,
mati, dewasa, tua, mati itu adalah tetap ciptaan Tuhan. Berubah, misalnya
diriku, belum selesai aku mendefinisikan diriku yang tadi telah berubah menjadi
diriku yang sekarang. Segala yang ada dan mungkin ada di dunia adalah adalah
berstruktur. Laki-laki dan perempuan adalah struktur, aku dan bukan aku adalah
struktur, ada dan mungkin ada adalah strurktur, tetap dan berubaha adalah
struktur. Maka yang tetap biasanya adalah didalam pikiran, sedangkan yang
berubah itu ada diluar pikiran. Tetap tokohnya adalah Permenides, maka muncul
aliran filsafat Permenidesisme. Sedangkan berubah tokohnya adalah Heraclitus, maka muncul
aliran filsafat.. Sifat yang lain adalah absolute, maka muncul aliran filsafat absolutism
atau Platonisme dengan tokohnya adalah Plato.
Sifat
yang berubah misalnya adalah real, yang berangkat dari dunia nyata. Maka muncul
aliran filsafat realism atau Aristotelesisme dengan tokohnya adalah Aristoteles.
Kebenarannya dalam pikiran agar ia bisa menjadi ilmu adalah konsisten/koheren. Filsafatnya
adalah koherentisme. Kekonsistenan atau koherennya itu berlaku karena terdapat hokum
identitas, yaitu I = I. Hal tersebut hanya berlaku didalam pikiran. Jika diluar
pikiran, maka berlaku I I. Hal tersebut dikarenakan yang berada diluar
pikiran itu terikat oleh ruang dan waktu. Maka yang diluar
pikiran kebenarannya bersifat cocok atau korespondensi, maka muncul filsafat
korespondensialisme. Oleh karena terikat ruang dan waktu, maka I1 I2.
Dengan
menaikkan dimensinya, maka muncul sifat transenden, sehingga muncul filsafat
transendensialisme. Dalam hal ini, transenden adalah sifat yang dimiliki oleh
dimensi diatasnya. Misalnya adalah dosen transenden mahasiswa. Transenden adalah
subjek dari objeknya. Maka yang punya sifat transenden adalah para dewa. Jika dimensinya
dinaikkan lagi, maka menjadi spiritual, maka muncul aliran filsafat
spiritualisme. Konsisten/koheren dalam pikiran itu kebenarannya adalah satu,
yaitu Tuhan atau mono, maka muncul aliran filsafat monoisme atau monism. Maka kaum
spiritualis itu pasti monoisme, yang kebenarannya hanya satu, yaitu kuasa
Tuhan. Sedangkan di bumi memiliki berbagai macam sifat (plural), maka muncul
aliran filsafat pluralism. Kebenarannya bersifat relative, maka muncul aliran
filsafat relativisme.
Mengalir
dalam sejarahnya, koheren/konsisten didalam pikiran itu pake logika, maka
muncul aliran filsafat logisisme dengan tokohnya adalah Sir Betrand Russel Dunia real adalah
pengalaman atau empiris, maka muncul aliran filsafat empirisisme dengan
tokohnya adalah David Hume. Logika dari sisi kerjanya dan rasio dari sisi kemampuannya,
maka muncul aliran filsafat rasionalisme dengan tokohnya adalah Rene Descartes.
Konsisten
didalam pikiran meliputi rasio atau logis, yang semuanya bersifat formal. Maka muncul
aliran filsafat formalism, dengan tokohnya adalah Hilbert. Formal cirrinya
adalah mementingkan wadahnya. Maka mengerucutlah rasio dengan empiris, dengan
dunianya masing-masing.
Kemudian,
pada tahun 1671 muncullah Immanuel Kant. Ia menganalisis kejadian-kejadian yang
terjadi terkait rasio dan empiris. Analitik itu antara ide dan konsisten. Maka orang
dikatakan tidak bisa memperoleh ilmu apabila ia tidak bisa mereduksi. Disamping
bersifat analitik, pikiran manusia bersifat a priori. A priori merupakan
pengetahuan yang diperoleh tanpa harus mengindra terlebih dahulu. Maka a priori
belum mengerti kejadiannya tetapu sudah paham. Misalnya dokter membantu
pasiennya melalui jasa telpon. Melalui gejala-gejala yang diberitahu, dokter
mengerti apa yang harus dilakukan oleh pasien, meskipun belum melihat pasiennya
secara langsung. Berdasarkan pengetahuan yang dimiliki yang bersifat analitik,
ia bersifat a priori, yaitu bisa mengambil keputusan walaupun tidak
mengindranya. Yang berupa pengalaman adalah bersifat a posteriori. A posteriori
adalah pengetahuan yang diperoleh dengan mengindranya terlebih dahulu baru bisa
paham. Misalnya adalah dokter hewan. Untuk mengerti sakitnya pasien, dokter
harus melihat kondisinya secara langsung. Sintetik dapat diartikan sebagai
sesuatu hal yang saling berhbungan sebab-akibat. Dari uraian tersebut, maka
diambil yang bawah sintetiknya dan yang atas yaitu a priorinya. Maka inilah
sebenar-benar ilmu menurut Immanuel Kant, yaitu yang bersifat sintetik a
priori. A priori dipikirkan dan sintetik dicoba. Maka lahirlah metode Saintifik.
Maka berfilsafat adalah pikirkan pengalamanmu dan terapkan pikiranmu. Kemudian,
muncullah problema filsafat, yaitu apabila sesuatu didalam pikiran bagaimana
menjelaskan kepada orang lain dan apabila diluar bagaimana cara memahaminya. Ternyata,
manusia ada yang membuktikannya. Ia bernama Socrates. Ia berusaha memahami
semua yang ada dan mungkin ada tak satupun yang ia ketahui. Maka Socrates mengatakan
sebenar-benar diriku adalah tidak mengetahui apapun. Hingga pada akhirnya
muncullah bendungan Compte oleh Augguste Compte pada tahuan 1800an. Ia mengatakan
bahwa untuk membangun dunia, tidaklah perlu filsafat dan agama. Dalam bukunya,
ia menyatakan bahwa untuk membangun dunia menggunakan metode positif atau
saintifik. Hal yang demikian disebut dengan fenomena Compte. Menurutnya,
dilihat dari makro dan mikro, untuk membangun dunia ia lebih memilih dunianya
daripada akhiratnya. Contoh konkritnya adalah seseorang yang memiliki handphone baru, kemudian ia lalai dalam
sholatnya, maka dikatakan bahwa ia telah terkena fenomena Compte. Dewasa ini,
fenomena Compte telah menyebar dan kita semua terkena tanpa terkecuali. Akibatnya,
lahirlah gejala teknopoli, yaitu bertekuk lututnya budaya didepan teknologi. Maka
tidak jarang jika kita menemukan bahwa kesenian dipertunjukkan bukan untuk
ritual, tetapi untuk promosi agar dikunjungi oleh banyak wisatawan. Hal yang
demikian menyebabkan terjadinya loss generation.
Segala
sesuatu di dunia ini berstruktur dan berdimensi. Seperti halnya orang Indonesia
dalam struktur material, formal, normative, dan spiritual, dimana dasarnya
adalah Pancasila. Pancasila itu monodualis, yaitu memuat hubungan manusia dengan
manusia dan hubungan manusia dengan Tuhannya. itulah yang selalu menjadi
cita-cita bangsa Indonesia. Maka yang terjadi adalah belum mantap kita
menanamkan nilai-nilai Pancasila dalam diri menyelinaplah fenomena Compte, yang
menembus ruang dan waktu.
Struktur
dunia kontemporer dari tingkatan paling bawah adalah: Archaic, Tribal,
Tradisiional, Feudal, Modern, Postmodern, Post posr modern (Powernow). Spiritual
diletakkan diatas dunia tradisonal, maka dalam situasi seperti ini bangsa
Indoensia tidak mampu berkembang. karena setiap hari kita digempur
habis-habisan oleh Powernow. Oleh karena tidak ada modus spiritualnya, Negara-negara
lemah akan kehilangan jati diri. Orang yang lemah kedudukannya serba salah,
bagaikan anak ayam kelaparan di atas makanannya sendiri. Banyak pejabat yang
korupsi, akibatnya terjadi krisis kepercayaan, sehingga dianggap tidak ada oleh
rakyatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar