Filsafat dalam Kehidupan
Perkuliahan
tambahan mata kuliah Filsafat Pendidikan Matematika yang diampu oleh Prof. Dr.
Marsigit, M.A. dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 31 Desember 2015 pukul
09.00 – 11.15 bertempat di Ruang D07.209.
Kegiatan
perkuliahan pada pertemuan tersebut adalah janya-jawab dari mahasiswa kepada
Bapak Marsigit. Pertanyaan-pertanyaan tersebut bertemakan bebas atau bersifat
merdeka. Adapun hasil refleksi dari kegiatan Tanya-jawab tersebut adalah
sebagai berikut.
1. Saudara
Septi Nur Hidayati menanyakan, “Bagaimana cara mengkomunikasikan materi yang
bersifat abstrak kepada siswa?”
Jawaban dari Bapak
Marsigit adalah sebagai berikut:
Cara mengajarkan atau
cara mengkomunikasikannya sesuai dengan ruang dan waktu. Artinya, mengajarkan
siswa SMP, SD, atau bahkan usia dini tentu berbeda dengan mengajarkan siswa SMA
atau perguruan tinggi, karena pembelajaran matematika SMA atau perguruan tinggi
bersifat abstrak. Selain itu, dalam pembelajaran perlu memperhatikan learning trajectory. Diantaranya
starting point siswa dalam mempelajari suatu materi dan manfaat mempelajari
materi tersebut untuk proses pembelajaran kedepannya. Maka cara mengkomunikasikann
materi yang bersifat abstrak kepada siswa caranya dengan memberdayakan siswa.
sehingga dalam pembelajaran iswa diberi kesempatan untuk melakukan refleksi,
inisiasi, dan lain sebagainya.
2. Saudara
Hernestri Anggraheni menanyakan, “Apakah mencari identitas juga termasuk
berfilsafat?”
Jawaban dari Bapak
Marsigit adalah sebagai berikut:
Orang yang mencari
identitas belum tentu dikatakan berfilsafat. Karena berfilsafat itu adalah
kegiatan berpikir yang terjadi secara sadar dalam diri seseorang. Sedangkan
orang yang mencari identitas itu bisa terjadi secara sadar maupun tidak. Bisa
saja, sekarang ini kita secara tidak sadar sedang mencari identitas. Maka
ketika mencari identitas tersebut, sebagian orang tidak bisa mengungkapkan
terkait identittas dirinya sendiri.
3. Saudara
Rizky Cahyaningtyas menanyakan, “Metode pembelajaran yang seperti apa yang
tidak mengandung perbudakan siswa?”
Jawaban dari Bapak
Marsigit adalah sebagai berikut:
Metode pembelajaran
yang tidak mengandung perbudakan adalah metode pembelajaran yang melayani
kebutuhan siswa dalam belajar. Dalam hal ini, pembelajaran yang berpusat pada
siswa. siswa terlibat aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran, dan belajar
merupakan upaya dari siswa itu sendiri dalam memenuhi kebutuhannya. Sehingga,
guru hanya berperan sebagai fasilitator serta mediator, bukan melakukan transfer of knowledge.
4. Saudara
Latifatul Karimah menanyakan, “Apa cirri-ciri orang yang telah manggapai ruang
dan waktu?”
Jawaban dari Bapak
Marsigit adalah sebagai berikut:
Semua yang ada dan
mungkin ada menggapai ruang dan waktunya masing. Batu pun menembus ruang dan
waktunya. Misalnya, “Kemarin sore, ia duduk di batu itu”. Kalimat tersebut
mengandung dimensi ruang. Ketika manusia berdiam diri pun dikatakan bahwa ia
menembus ruang dan waktunya. Maka dapat dikatakan bahwa orang yang sukses
adalah orang yang berhasil menembus ruang dan waktunya orang tersebut.
5. Saudara
Diyah Wahyu Utami menanyakan, “Apa yang dimaksud paralogos dan antinomy?”
Jawaban dari Bapak
Marsigit adalah sebagai berikut:
Istilah antinomy
pertama diperkenalkan oleh Immanuel Kant. Yang dimaksud antinomy adalah
kesalahan para dewa. Maka para daksa sebagian tidak mengetahui kesalahan
tersebut. Misalnya guru melakukan kesalahan dalam mengajarkan siswa, dan siswa tidak
mengetahui kesalahan tersebut.
6. Saudara
Trysilia Ida Pramesti menanyakan, “Bagaimana filsafat memandang malas?”
Jawaban dari Bapak
Marsigit adalah sebagai berikut:
Malas adalah gejala
jiwa. Secara filosofis, malas merupakan potensi. Orang yang malas berarti tidak
berhasil menembus ruang dan waktunya. Dengan kata lain, malas berarti tidak
mensyukuri dan tidak memahami apa yang terjadi.
7. Saudara
Kartina Purnama Sari menanyakan, “Usaha yang seperti apa yang harus kita
lakukan agar tidak terjebak oleh mitos?”
Jawaban dari Bapak
Marsigit adalah sebagai berikut:
Mitos itu berstruktur
dan berdimensi. Mitos ada yang ringan dan ada yang berat, mitos ada yang
sederhana dan ada yang kompleks. Mitos antara orang yang satu dengan yang lain
dapat berbeda. Mitos tidak terlepas dari budaya dan kultur. Mitos itu terbatas
dan terletak didalam pikiran kita.
8. Saudara
Kholifatun menanyakan, “Bagaimana menghindari mitos?”
Jawaban dari Bapak
Marsigit adalah sebagai berikut:
Mitos tidak selalu
bernilai buruk, mitos pun memiliki manfaat. Ketika kita mengikuti suatu pola
atau peraturan dimana kita tidak memahaminya, itulah yang disebut dengan mitos.
Bagi anak kecil, mereka belajar sebagian menggunakan mitos. Ketika beranjak
dewasa, lambat laun mitos tersebut dikurangi dengan berusaha menggapaii logos. Logos
itu berartu terus memikirkannya, sedangkan mitos itu berhenti memikirkannya. Namun,
ada hal-hal tertentu yang tidak selalu mampu dipikirkan, dan terkadang kita
perlu melupakannya yang sesuai dengan ruang dan waktu. Dalam hal ini, melupakan
hal-hal yang tidak mengenakkan atau bermanfaat bagi diri kita.
9. Saudara
Novia Nuraini menanyakan, “Apakah mempunyai tekad yang kuat terhadap masa depan
termasuk mendahului kodratnya?”
Jawaban dari Bapak
Marsigit adalah sebagai berikut:
Dalam menjalani
kehidupan, kita membutuhkan keterampilan hidup, yaitu kemampuan menerjemahkan
antara doa dan ikhtiar. Menurut sudut pandang psikologi, jika kita termasuk orang
yang ambisius atau kekeuh terhadap sesuatu, maka sifat tersebut dapat membuat
kita menjadi frustasi atau kecewa ketika kita tidak mampu mencapainya. Maka kehidupan
ini berlaku hokum sebab-akibat. Sekarang adalah karena kemarin, dan esok adalah
karena hari ini. Maka kehidupan itu bersiklus dan linear, ada saatnya kita
bekerja keras, bersabar, menunggu, istirahat, dan lain sebagainya.
10. Saudara
Deary Putriani menanyakan, “Apakah filsafat juga merupakan ilmu agama?
Jawaban dari Bapak
Marsigit adalah sebagai berikut:
Agama meliputi, mengatasi,
membimbing, serta mengarahkan hal-hal yang berkaitan dengan dunia dan akhirat. Sedangkan
ilmu filsafat adalah hasil olah pikir manusia. Maka ilmunya itu sebatas dunia dan
sedikit menyangkut akhirat. Oleh karena kodratnya manusia adalah terbatas, maka
filsafat tidak mampu menjangkau semua yang berkaitan dengan agama. Karena segala
yang ada di dunia ini itu bersifat relative, dan yang absolute adalah hal-hal
yang berkaitan dengan agama.
11. Saudara
Fitriana Nurhidayati menanyakan, “Bagaimana cara menghadapi rekan kerja yang
baik didepan kita dan suka menggunjing ketika di belakang?”
Jawaban dari Bapak
Marsigit adalah sebagai berikut:
Untuk menghadapi orang
seperti itu, kuncinya adalah:
1)
Menjalin komunikasi, karena komunikasi
adalah hal yang sangat penting ketika kita berinteraksi dengan orang lain.
2)
Melakukan pendekatan sesuai dengan
struktur dimensi yang hierarkis, meliputi formal, normative, spiritual.
Dalam
dimensi normative, hal yang dapat kita lakukan adalah melakukan refleksi
(introspeksi diri), sedangkan dalam dimensi spiritual hal yang dapat kita
lakukan adalah berdoa, bersyukur, memohon ampun, dan lain sebagainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar