UPACARA
ADAT BELIAN / MAMULIO NGADAP KLUSAN
Upacara adat ini merupakan upacara adat Belian dari suku Paser
Pembesi, Kab. Paser, Kalimantan Timur. Upacara adat ini dipimpin oleh seorang yang disebut “Mulung”. Mamulio
ngadap klusan berarti mensucikan diri sebelum nenghadap Sang Pencipta atau
Penguasa Alam Semesta, dilaksankan sebagai wujud pelepasan hajat setelah
ssembuh dari sakit ataupun setelah berhasil dari bercocok tanam / bersawah /
berkebun.
Upacara ini berfungsi untuk mengenang para arwah leluhur yang telah
mati.
Adapun alat – alat yang digunakan dalam prosesi upacara adalah
sebagai berikut:
1.
Ibus / Jus, yaitu rangkaian
atau untaian janur atau daun nipah yang masih muda dan terlebih dahulu
dihilangkan lidinya, kemudian digantung memanjang bersama – sama dengan
pelepahnya. Gunanya untuk sebagai tempat atau tangga tempat turunnya para
penguasa yang mereka yakini.
2.
Lau Lutung atau rumah – rumah
kecil dan hiasan dari janur berbentuk daun lipan dan bunga – bungaan. Gunanya
untul alat sebagai perantara dalam proses upacara.
3.
Panyurungan Mulung atau
penggendong peralatan Mulung.
4.
Balai Penonta, yaitu tempat
mandi pada saat penutupan atau yaang menandai selesainya upacara, yang terbuat
dari kayu yang dihiasi dengan janur dan kembang – kembang.
5.
Peralatan musik yang terdiri
atas Tung, gendeng, tengkanong, gambang, gong, dan terompet.
6.
Lansang. Peralatan ini adalah
peralatan khusus yang digunakan jika mulung yang akan memimpin upacara pernah
LONSA (bahasa Paser), yang berarti pernah telanggar pamali / pantangan,
keluarga dekat meninggal dunia.
Tata cara pelaksanaan Upacara Belian /. Mamulio Ngadap Klusan
- Pembukaan
Dalam kegiatan
pembukaan ini, seluruh alat musik dan jenis – jenis pukulan diuji coba.
Demikian pula peralatan – peralatan lainnya, seperti kebuong, bungo, telur ayam
kampung, lilin, madu, beras, uang logam dan perlengkapan lainnya dipersiapkan
oleh pembantu Mulung yang disebut Penggading. Dalam kegiatan ini salah seorang
Mulung yang memimpin upacara, pertama melakukan ritual yang disebut Nyembula
Nengkorong Belian atau memulai mendirikan Belian. Dalam prosesi ini Mulung
membacakan mantra – mantra yang disebut Nyoyong yang menggunakan bahasa
PaserBanau Tatau, yang bermakna menyampaikan maksud dilaksanakannya upacara
tersebut.
2.
Dalam prosesi
ini seorang Mulung ( pemimpin ) memandikan mulung – mulung yang lain disuatu
tempat, biasanya dilakukan di depan pintu utama tempat pelaksanaan kegiatan.
Sang pemimpin memandikan sambil membaca mantra – mantra yang diiringi dengan
tetabuhan musik, dan dalam prosesi ini air terakhir dicampur dengan bunga –
bungaan. Maksud daripada pelaksanaan prosesi mandi – mandi ini adalah agar
Mulung yang akan memimpin upacara bersih baik jiwa maupun raganya dengan
harapan segala keinginan dan harapan dapat terkabulkan, waktu mandi ini
biasanya dilaksanakan pada saat tengah malam atau pada waktu – waktu tertentu
sesuai dengan petunjuk dari pemimpin.
- Mediwa Lansang
Berarti
menurunkan Lansang. Karena Mulung yang akan memimpin upacara ini pernah “Lonsa”
atau telanggar pemali, yaitu keluarga dekat Mulung tersebut meninggal dunia
beberapa waktu yang lalu. Maka untuk menghilangkan “Lonsa” tadi sang Mulung
menggunakan Lansang. Dalam prosesi penurunan Lansang ini sang Mulung utama (
pemimpin ) membacakan mantra – mantranya diiring tetabuhan musik.
- Ngayun Lansang
Berarti mengayun
Lansang. Dalam prosesi ini lansang yang telah diturunkan diayun oleh 4 orang
penggading sambil sang Mulung utama membaca mantra yang diiring tetabuhan
musik, dalam Lancang tersebut diisi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar