Selasa, 29 September 2015

Refleksi Perkuliahan 1 Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Matematika



PENGANTAR PERKULIAHAN FILSAFAT PENDIDIKAN MATEMATIKA

Berikut merupakan refleksi perkuliahan pertama mata kuliah Filsafat Pendidikan Matematika yang diampu oleh Prof. Dr. Marsigit, M.A. pada hari Rabu tanggal 16 September 2015 pukul 12.40 – 13.50 bertempat di Ruang PPG 1 FMIPA UNY.
Berbicara mengenai filsafat, filsafat merupakan ilmu yang kajiannya sangat luas. Filsafat tidak hanya dikaitkan dengan pendidikan, tetapi dapat dikaitkan dengan social, budaya, geografi, sejarah, seni, olahraga, dan lain sebagainya. Filsafat dapat dikaitkan dengan apapun yang ada dan mungkin ada, karena filsafat lahir dan berkembang dari olah pikir manusia.
Segala aktivitas yang ada di dunia ini pasti memiliki sintaks. Sintaks yang dimaksud adalah urutan atau langkah-langkah yang harus dilakukan guna mencapai suatu tujuan yang diinginkan. Dalam filsafat, segala sesuatunya memiliki sintaks atau urut-urutan atau langkah-langkah, yaitu logika. Dalam hal ini, segala sesuatunya itu berlaku hukum sebab-akibat. Jika kita melakukan sesuatu pasti akan menyebabkan sesuatu hal yang lain, sehingga ada keterkaitan sebab dan akibat didalamnya.
Walaupun filsafat pendidikan matematika, kajian perkuliahan ini tidak hanya terbatas pada filsafat pendidikan atau filsafat pendidikan matematika saja, namun lebih luas. Namun, sebelum kita membahas filsafat pendidikan matematika, alangkah baiknya jika kita mengenal dan memahami makna/arti filsafat terlebih dahulu. Sehingga kita dapat mengetahui dengan jelas apa yang akan dipelajari. Dengan begitu, nantinya kita dapat memahami filsafat pendidikan matematika dengan baik yang akan mengalir dengan sendirinya dalam dimensi ruang dan waktu.
Kegiatan perkuliahan Filsafat Pendidikan Matematika ini terdiri dari kuliah tatap muka, tes harian, refleksi perkuliahan, dan kuliah online berupa refleksi blog Prof. Marsigit. Selain itu, didalam perkuliahan ada syarat perlu dan cukup bagi mahasiswa. Syarat cukupnya adalah mengikuti perkuliahan dengan persentase kehadiran minimal 80%, mengerjakan tugas, dan mengikuti ujian. Sedangkan syarat perlunya adalah ikhlas dalam hati dan pikir. Yang dimaksud ikhlas dalam hati adalah sungguh-sungguh, niat yang ikhlas, memiliki perasaan senang, semangat dalam mengikuti perkuliahan. Sedangkan yang dimaksud ikhlas dalam pikir adalah memahami apa yang dibaca, dilihat, didengar, dan ditulis.
Terkait penilaian dalam perkuiahan, dosen leluasa untuk memberikan nilai kepada mahasiswanya. Mahasiswa bisa mendapat nilai A, B, C, D, atau bahkan E tergantung usahanya dalam belajar. Biasanya mahasiswa yang mendapatkan nilai yang tidak baik disebabkan mahasiswa tersebut abai (bisa jadi karena kesombongan), frustasi, bermasalah, dan tidak serius dalam kuliah. Sehingga, untuk mendapatkan hasil yang maksimal, mahasiswa harus bersungguh-sungguh dan ikhlas dalam mengikuti perkuliahan.
Terkait refleksi online, memang bukanlah hal yang mudah bagi kita untuk memahami dan merefleksikan elegy-elegi tersebut. Karena sejatinya saat ini kita sedang berada pada suatu masa layaknya orang yang sedang berlari kencang mengejar cita-cita dan harapan. Sedangkan ketika berfilsafat kita akan berhenti untuk berpikir, memikirkan dari mana, sedang dimana, mau kemana, dan lari untuk mengejar apa. Namun, tiadalah filsafat kalo tidak membaca dan berpikir. Orang berfilsafat tidak mungkin jika ia terisolasi dan tidak mau berkembang. Sehingga resepnya untuk berhasil adalah baca, baca, baca, dan baca. Dengan membaca kita akan cerdas dengan sendirinya, dan yang harus ditanamkan dalam hati bahwa ilmu itu dicari bukan diperintah.
Objek dari filsafat adalah apa yang ada dan mungkin ada. Ada tak berhingga hal yang kita ketahui. Pun sebaliknnya, ada tak berhingga hal yang tidak kita ketahui, namun hal tersebut berpotensi untuk kita ketahui. Proses mengetahui apa yang mungkin ada itu yang disebut dengan memperoleh/mendapatkan wahyu atau pengetahuan. Proses tersebut berlangsung didalam diri seseorang, karena wahyu atau pengetahuan ada didalam pikiran dan orang lain tidak bisa mengambil begitu saja tanpa adanya proses yang dilalui. Sarana untuk belajar filsafat itu sangatlah erat dengan kehidupan kita, meliputi diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar. Belajar filsafat merupakan salah satu wujud kita untuk mensyukuri karunia Tuhan, karunia yang tidak terhitung banyaknya.
Filsafat dipelajari dengan menggunakan metode atau prinsip-prinsip hidup. Tulang punggung metode hidup tersebut adalah komunikasi. Entah berkomunikasi dengan diri sendiri maupun dengan orang lain. Sehingga komunikasi merupakan hal yang sangat vital dalam filsafat. Tidaklah metode dapat digunakan dengan baik jika tidak ada alat penunjang dalam berfilsafat. Alat yang digunakan dalam berfilsafat adalah bahasa analog. Bahasa analog lebih tinggi dari pada bahasa kiasan. Misalnya pada istilah “Hati dan Pikiran”. Hati dapat diartikan sebagai spiritual, doa, Tuhan, atau akhirat. Sedangkan Pikiran dapat diartikan sebagai logika, ilmu pengetahuan, atau dunia. Dengan bahasa analog, kita dapat mengkomunikasikan hal-hal yang sulit untuk disampaikan jika menggunakan bahasa sehari-hari, karena bahasa sehari-hari terbatas ruang dan waktu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar