PENGANTAR
PERKULIAHAN FILSAFAT PENDIDIKAN MATEMATIKA
Berikut
merupakan refleksi perkuliahan pertama mata kuliah Filsafat Pendidikan
Matematika yang diampu oleh Prof. Dr. Marsigit, M.A. pada hari Rabu tanggal 16
September 2015 pukul 12.40 – 13.50 bertempat di Ruang PPG 1 FMIPA UNY.
Berbicara
mengenai filsafat, filsafat merupakan ilmu yang kajiannya sangat luas. Filsafat
tidak hanya dikaitkan dengan pendidikan, tetapi dapat dikaitkan dengan social,
budaya, geografi, sejarah, seni, olahraga, dan lain sebagainya. Filsafat dapat dikaitkan
dengan apapun yang ada dan mungkin ada, karena filsafat lahir dan berkembang
dari olah pikir manusia.
Segala
aktivitas yang ada di dunia ini pasti memiliki sintaks. Sintaks yang dimaksud
adalah urutan atau langkah-langkah yang harus dilakukan guna mencapai suatu
tujuan yang diinginkan. Dalam filsafat, segala sesuatunya memiliki sintaks atau
urut-urutan atau langkah-langkah, yaitu logika. Dalam hal ini, segala
sesuatunya itu berlaku hukum sebab-akibat. Jika kita melakukan sesuatu pasti
akan menyebabkan sesuatu hal yang lain, sehingga ada keterkaitan sebab dan
akibat didalamnya.
Walaupun
filsafat pendidikan matematika, kajian perkuliahan ini tidak hanya terbatas
pada filsafat pendidikan atau filsafat pendidikan matematika saja, namun lebih
luas. Namun, sebelum kita membahas filsafat pendidikan matematika, alangkah
baiknya jika kita mengenal dan memahami makna/arti filsafat terlebih dahulu. Sehingga
kita dapat mengetahui dengan jelas apa yang akan dipelajari. Dengan begitu, nantinya
kita dapat memahami filsafat pendidikan matematika dengan baik yang akan mengalir
dengan sendirinya dalam dimensi ruang dan waktu.
Kegiatan
perkuliahan Filsafat Pendidikan Matematika ini terdiri dari kuliah tatap muka,
tes harian, refleksi perkuliahan, dan kuliah online berupa refleksi blog Prof.
Marsigit. Selain itu, didalam perkuliahan ada syarat perlu dan cukup bagi
mahasiswa. Syarat cukupnya adalah mengikuti perkuliahan dengan persentase
kehadiran minimal 80%, mengerjakan tugas, dan mengikuti ujian. Sedangkan syarat
perlunya adalah ikhlas dalam hati dan pikir. Yang dimaksud ikhlas dalam hati adalah
sungguh-sungguh, niat yang ikhlas, memiliki perasaan senang, semangat dalam
mengikuti perkuliahan. Sedangkan yang dimaksud ikhlas dalam pikir adalah
memahami apa yang dibaca, dilihat, didengar, dan ditulis.
Terkait
penilaian dalam perkuiahan, dosen leluasa untuk memberikan nilai kepada
mahasiswanya. Mahasiswa bisa mendapat nilai A, B, C, D, atau bahkan E
tergantung usahanya dalam belajar. Biasanya mahasiswa yang mendapatkan nilai
yang tidak baik disebabkan mahasiswa tersebut abai (bisa jadi karena
kesombongan), frustasi, bermasalah, dan tidak serius dalam kuliah. Sehingga,
untuk mendapatkan hasil yang maksimal, mahasiswa harus bersungguh-sungguh dan
ikhlas dalam mengikuti perkuliahan.
Terkait
refleksi online, memang bukanlah hal yang mudah bagi kita untuk memahami dan
merefleksikan elegy-elegi tersebut. Karena sejatinya saat ini kita sedang
berada pada suatu masa layaknya orang yang sedang berlari kencang mengejar
cita-cita dan harapan. Sedangkan ketika berfilsafat kita akan berhenti untuk
berpikir, memikirkan dari mana, sedang dimana, mau kemana, dan lari untuk
mengejar apa. Namun, tiadalah filsafat kalo tidak membaca dan berpikir. Orang berfilsafat
tidak mungkin jika ia terisolasi dan tidak mau berkembang. Sehingga resepnya untuk
berhasil adalah baca, baca, baca, dan baca. Dengan membaca kita akan cerdas
dengan sendirinya, dan yang harus ditanamkan dalam hati bahwa ilmu itu dicari
bukan diperintah.
Objek
dari filsafat adalah apa yang ada dan mungkin ada. Ada tak berhingga hal yang
kita ketahui. Pun sebaliknnya, ada tak berhingga hal yang tidak kita ketahui,
namun hal tersebut berpotensi untuk kita ketahui. Proses mengetahui apa yang
mungkin ada itu yang disebut dengan memperoleh/mendapatkan wahyu atau
pengetahuan. Proses tersebut berlangsung didalam diri seseorang, karena wahyu
atau pengetahuan ada didalam pikiran dan orang lain tidak bisa mengambil begitu
saja tanpa adanya proses yang dilalui. Sarana untuk belajar filsafat itu sangatlah
erat dengan kehidupan kita, meliputi diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
sekitar. Belajar filsafat merupakan salah satu wujud kita untuk mensyukuri
karunia Tuhan, karunia yang tidak terhitung banyaknya.
Filsafat
dipelajari dengan menggunakan metode atau prinsip-prinsip hidup. Tulang
punggung metode hidup tersebut adalah komunikasi. Entah berkomunikasi dengan
diri sendiri maupun dengan orang lain. Sehingga komunikasi merupakan hal yang
sangat vital dalam filsafat. Tidaklah metode dapat digunakan dengan baik jika
tidak ada alat penunjang dalam berfilsafat. Alat yang digunakan dalam berfilsafat
adalah bahasa analog. Bahasa analog lebih tinggi dari pada bahasa kiasan. Misalnya
pada istilah “Hati dan Pikiran”. Hati dapat diartikan sebagai spiritual, doa,
Tuhan, atau akhirat. Sedangkan Pikiran dapat diartikan sebagai logika, ilmu
pengetahuan, atau dunia. Dengan bahasa analog, kita dapat mengkomunikasikan
hal-hal yang sulit untuk disampaikan jika menggunakan bahasa sehari-hari,
karena bahasa sehari-hari terbatas ruang dan waktu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar